Rabu, 20 Agustus 2008

if life like shit !!!! damm soo hurt my feeling






Photo 1 : Together, through Warm and Cold

(Photographer: An Hejie. Market Place, Town of Chifeng, Inner Mongolia)Beyond the northern (Inner Mongolia) frontier, spring has arrived but the cold weather lingered on. Snow fell on this April morning. Flakes danced in the sky. A middle-aged man tended to his cart, on which sat a little boy, wrapped up with blanket used to keep the vegetables from freezing. From time to time, the father would tuck at the blanket to make sure that his son was all right. These are the words from the photographer: "Set in the dark and shadowy background and the dancing snow flakes, the pink puffy face of the little boy stood out in great contrast to that of the father which was apparently shaped by the caprices of life. And life was indeed harsh. Father and son only have each other for support. When the father yelled out a sales pitch on top of his voice, his facial _expression was shockingly touching. One cannot help but be moved."



Di luar utara (Mongolia bagian dalam) perbatasan, musim semi telah tiba tetapi udara dingin tetap tinggal. Salju jatuh pada April pagi ini. Di atas menari-nari di langit biru. Seorang laki2 paruh baya menarik gerobaknya, yang di atasnya duduk anak lelaki kecil, dibungkus dengan selimut yang digunakan untuk sayur-mayur agar terhindar dari pembekuan. Dari waktu ke waktu, bapakNya menjaga jahitan selimut untuk meyakinkan bahwa putra nya masih dalam keadaan baik. Dan hidup adalah tentu saja kasar. Bapa dan putranya hanya mempunyai satu sama lain untuk mendukung. Ketika Ayahnya berteriak terdengar nada dari suara nya, guratan ekspresi wajahnya sangat menyentuh hati. Tak ada yang menolong, namun harus dijalani.


Photo 2 : Love
The father and his son live in an impoverished hilly area. They demand nothing but a piece of land to call their own. Perhaps they will not have a chance to see the outside world all their lives -- they will not know what a staircase is, they will never ride in a taxi, nor will they ever step into a movie theater. But the truth is these are the people who offer us everything our lives depend on, generation after generation. The heaven and earth have nothing to repay them. Love them! At least respect them in
your heart. Otherwise how can we possibly talk about ourselves as human beings?



Seorang Bapak dan putranya yang tinggal di suatu area yang miskin berbukit-bukit nan miskin. Mereka menuntut tak lain hanya sebidang tanah untuk mereka miliki sendiri. Barangkali mereka tidak akan mempunyai suatu kesempatan untuk melihat dunia luar. Begitulah hidup mereka-- mereka tidak akan mengetahui apa dan bagaimana sebuah rumah tangga, mereka tidak pernah akan mengendarai taksi, takkan pernah mereka melangkah ke suatu gedung bioskop. Tetapi adalah sutau kenyataan manusia siapapun dia, segala sesuatunya tergantung generasi ke generasi. Langit dan bumi sekalipun takkan mampu untuk membayar kembali mereka adanya. Cintailah mereka! Setidak-tidaknya hargailah mereka dihatiMu. Jika tidak bagaimana mungkin kita mungkin bisa bicara tentang diri kita sebagai manusia?


Photo 3 : Grandpa's Tears
(Caption on the photo: That day, we found that we were able to attend school. We were so happy. But grandpa cried. Do you understand? The tears of an elderly man...) This semester has been dealt with, what about the next?



Dihari itu, kita tahu bahwa kita bisa menghadiri sekolah. Kita menjadi sangat bahagia. Tetapi kakek yang menangis/berteriak. Apakah kamu memahami? Air mata dari seorang yang lebih tua...) Semester ini telah dihadapkan dengan seperti itu, bagaimana yang berikutnya?


Photo 4 : Amidst Rain and Wind
Your elderly mother and little children are waiting for you to come home with the day's wages.



Orang tua Ibumu dan anak kecil sedang menantikan kamu untuk upah harianMu.


Photo 5 : Old Man Crying
The old man sells roast yam for a living. Because he doesn't have a license, his tools were confiscated and his tricycle was smashed, its chain cut. All the old man can do is to sit there and cry. Tomorrow.



Orang tua menjual daging panggang untuk hidup. Oleh karena ia tidak mempunyai suatu tempat tuk berdagang. Barangnya baru saja dirampok dan sepeda roda tiga nya telah ditabrak, rantai nya pun putus. Semua orang yang tua hanya dapat melakukan duduk dan menangis. Bagaimana dengan hari esok?


Photo 6 : Mother's Love
Mothers and their child. This is life.



Cinta Seorang Ibu. Ibu-ibu dan Anaknya. Apakah hidup seperti iniKAH ?


Photo 7 : Coal Carrier
Wang Zhizhong worked as a coal carrier. Carrying a basket of coal weighting 40kg (88 lb), he made his way up a 100m deep mine, and then
walked a distance of 1000m along a mountainous track. For each trip, he made 1RMB (0.125 USD). He was 17.



Wang Zhizhong pekerja pengangkut batubara. Dia harus memikul keranjang batubara seberat 40kg (88 lb), menyusunnya dengan kedalaman 100 meter, dan kemudian berjalan sejauh 1000m melewati area yang bergunung-gunung. Dalam sekali jalan ia di upah 1RMB ( 0.125 USD). Dia berumur 17 tahun.


Photo 8 :
Caption on the photo: That day the English teacher arrived in our village. She taught us our very first sentence in English: "I want go to school." Did you hear it? It is a most heart-moving cry.



Di hari itu guru bhs inggris tiba di kampung kami. Guru mengajar mengajar kepada kami satu kalimat yang amat awal "Aku ingin pergi ke sekolah." Anda dengar itu ??? ini adalah suatu tangisan hati.


Photo 9 :
We must admit that there are people still living within the blind spot of our society. What if you were one of them?



Kita harus menerima bahwa masih banyak orang buta huruf bersama kita dimasyarakat. Bagaimana jika kamu adalah salah satu dari mereka.


Photo 10 :
No rose, no diamond ring, but if this is not love, what is love? With enthusiasm, love your life! Love the people around you!



Tidak ada bunga mawar, tidak ada cincin berlian, tidak ada juga cinta ???
Kalau begitu apa cinta itu ??? Dengan antusias, cintai hidupMU, cintai orang disekitarMu
sumber dari the lounge pictures kaskus posted by gadink_boy

1 komentar:

herizal alwi mengatakan...

Ibu Cinta

Cintanya adalah seperti
sebuah pulau di laut hidup,
besar dan luas
Sebuah, tempat tinggal yang damai tenang
Dari angin, hujan, air pasang.
'Tis terikat di utara oleh Harapan,
Dengan Kesabaran di Barat,
Dengan Counsel tender Selatan
Dan di Timur oleh Istirahat.
Di atasnya seperti cahaya mercusuar
Iman bersinar, dan Kebenaran, dan Doa;
Dan thro 'adegan perubahan kehidupan
Saya menemukan sebuah tempat di sana.